Rabu, 11 November 2009

Malaikat Kecil yang Memandangi Langit

Bis kami berhenti di sebuah bangunan sederhana panti asuhan di tepi kota. Di istana kecil nan sederhana tersebut tinggallah “pangeran” dan “tuan puteri” kecil yang kurang beruntung. Panti asuhan tersebut mempunyai sebidang kebun sayur, sebuah aula minimalis dan beberapa bilik tempat anak-anak menetap.
Retret kali ini memang beda, kami sengaja berkunjung ke sebuah panti asuhan kristiani dalam rangka berbagi kasih dengan sesama. Awalnya kami menganggap diri kami layaknya Santa Claus yang membawa hadiah indah bagi anak-anak yang tidak seberuntung kami. Namun justru kami bertemu dengan belasan malaikat kecil pembawa damai. Mereka begitu antusias, mengajak nyanyi, nari, foto bareng.. (aduuh narsis nya..)
“Adek, kalo udah gede pingin jadi apa?” tanyaku iseng pada seorang anak kecil.
“Pingin jadi pendeta.. Kak, ada ga sekolah pendeta yang mau nerima saya?” jawabnya lugu. Sejenak aku terdiam. Aku jadi malu, Tuhan sudah berikan banyak hal dalam hidupku, tapi hampir tidak ada yang bisa kuberikan pada Tuhan.
Aku ga tahu, tapi tampaknya semakin elite kita menjadi warga dunia, semakin susah kita belajar berserah pada Tuhan. Anak-anak itu, mereka tidak memiliki orang tua, mainan yang bagus, makan seadanya, dan kebanyakan mereka harus bekerja pada usia kecil. Namun mereka menjalani ini dengan sukacita. Tuhan sendiri yang jadi orang tua, mencukupkan dan memberi mereka damai sejahtera.
Sehabis makan siang, ku sempatkan diri duduk sebentar di beranda, mendekati seorang anak kecil yang tampaknya asyik memandangi langit. “cuacanya cerah ya, dek,” sapaku. Anak kecil itu tersenyum manis.. (suasana hening, aku mencari bahan pembicaraan). “Tuh lihat awannya bulet kayak muka adek,” akhirnya pernyataan konyol ini keluar dari mulutku.
“Haha..Tuhan sempat bikin awan itu buat aku ya, kak” jawabnya singkat.
“Pasti, dek. Inget ga ayat Alkitab yang mengatakan langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan Nya,” sambungku sok rohani
“Ga inget, kak. Tapi aku inget pas meninggalnya bapak. Waktu itu langit kelam, hujan deras. Rintik hujannya ga biasa, mungkin saat itu Tuhan ikut nangis ya, kak..”
Aku hanya memandang di matanya sambil tersenyum. Anak kecil dengan kisah hidup luar biasa. “Lho, lalu ibu dimana?” tanyaku lagi
“Ibu meninggal ketika melahirkan adik saya. Sejak saat itu bapak suka mabuk-mabukan dan ga pernah ke gereja. Suatu saat bapak sakit jantung, dan menjadi semakin parah. Sampai suatu malam bapak mau saya doakan.. dan esoknya bapak dipanggil Tuhan”
“Iya, pasti sedih sekali ya, dek..” ujarku sambil memegang pundaknya
“Tadinya sih gitu, tapi aku percaya detak jantung bapak adalah suara Tuhan yang sedang mengetok pintu. Ketika suara jantungnya berhenti, berarti bapak sudah mempersilakan Tuhan masuk dan tinggal di dalamnya..” katanya berseri-seri, “Aku memang dah ga punya orang tua, tapi ketika aku melihat indah dan lebarnya langit aku tahu Tuhan begitu mengasihi aku..”
Malaikat kecil itu mengajarkan ku banyak hal hari itu. Sementara langit tampak begitu teduh dan mentari bersinar cerah.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates